"Kami menegaskan keinginan kami untuk menyelesaikan tahap-tahap yang tersisa dari perjanjian gencatan senjata, yang mengarah pada gencatan senjata komprehensif dan permanen, penarikan penuh pasukan pendudukan dari Jalur Gaza, rekonstruksi, dan pencabutan pengepungan," kata Hamas dalam pernyataan yang dilansir oleh AFP.
Pernyataan tersebut muncul menjelang pertemuan puncak Liga Arab yang akan diadakan pada Selasa (4/3), di mana masalah Gaza menjadi agenda utama. Sebelumnya, tahap pertama gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari hampir berakhir tanpa kepastian mengenai tahap berikutnya. Gencatan senjata ini diharapkan bisa mengakhiri lebih dari 15 bulan konflik yang dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel, yang tercatat sebagai serangan paling mematikan dalam sejarah negara itu.
Meskipun delegasi Israel telah dikirim ke Kairo untuk bernegosiasi, hingga Sabtu (1/3), belum ada tanda-tanda konsensus terkait tahap kedua gencatan senjata. Juru bicara Hamas, Hazem Qassem, menegaskan bahwa pihaknya menolak perpanjangan tahap pertama sesuai usulan Israel. Ia juga meminta para mediator seperti Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat untuk mewajibkan Israel mematuhi perjanjian yang telah disepakati.
Hamas menyatakan bahwa pihaknya siap menghadapi opsi apa pun yang disetujui oleh Palestina, namun dengan tegas menolak upaya-upaya untuk memasukkan kehadiran pasukan asing atau administrasi non-Palestina di Jalur Gaza.
Sementara itu, ide yang diusulkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk memukimkan kembali warga Palestina di wilayah lain dan menjadikan Gaza di bawah kontrol AS telah ditolak tegas oleh Palestina, serta negara-negara tetangga seperti Mesir dan Yordania.