Bahlil dengan tegas menyebut bahwa kelangkaan elpiji 3 kg sebenarnya tidak terjadi. Menurutnya, pasokan gas tersebut tetap aman dan cukup. “Oh gini, kalau dibilang LPG langka, enggak. LPG itu tetap semua ada, tapi sekarang lagi ditata kelolanya diatur, agar tidak boleh ada oknum yang menaikkan harga LPG 3 kg,” ujarnya saat ditemui di Bogor pada Sabtu (1/2/2025).
Harga normal elpiji 3 kg seharusnya berada di kisaran Rp 4 ribu hingga maksimal Rp 6 ribu. Namun, Bahlil menyebut beberapa pengecer menaikkan harga seenaknya. “Kalau ada yang menaikannya berarti kan kita harus mengelolanya dong, memang sekarang di bagian pengecer itu lagi dikelola dengan baik. Agar apa? Jangan naikan harga mau-maunya,” tegasnya.
Bahlil juga memperingatkan masyarakat agar tidak membeli elpiji dalam jumlah banyak sekaligus. Dia mencurigai bahwa keluhan kelangkaan elpiji sering kali datang dari mereka yang membeli dalam jumlah berlebihan. “Tapi, kalau satu orang satu rumah tangga sudah beli sampai 30 tabung, 40 tabung, berarti kan ada maksud lain,” kata Bahlil.
Meski larangan pengecer berlaku, Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menjelaskan bahwa pengecer yang ingin tetap menjual elpiji subsidi bisa mendaftar sebagai pangkalan resmi Pertamina. “Pengecer kita jadikan pangkalan. Mereka harus mendaftarkan nomor induk perusahaan terlebih dulu,” ujar Yuliot di Jakarta, 31 Januari 2025.
Proses pendaftaran pengecer dilakukan melalui sistem Online Single Submission (OSS) untuk mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB). "Kalau pengecer ingin jadi pangkalan, perseorangan pun boleh daftar," tambah Yuliot.
Pemerintah memastikan, stok elpiji 3 kg tetap aman menjelang Ramadhan 2025, dan subsidi LPG sebesar Rp 87 triliun tidak akan dikurangi. Langkah ini diharapkan mampu menjaga harga elpiji 3 kg tetap stabil dan terjangkau untuk kebutuhan rumah tangga.